A. Pengertian
Psikologi Dakwah
Secara harfiah,
psikologi artinya ‘ilmu jiwa’ berasal dari kata yunani psyce ‘jiwa’ dan logos
‘ilmu’. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah ilmu tentang jiwa. Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku atau gejala-gejala tingkah laku manusia
sebagai gambaran dari keadaan jiwanya. Adapun dakwah merupakan usaha mengajak
manusia agar beriman kepada Allah Swt dan tunduk kepada-Nya dalam kehidupan di
dunia ini, dimanapun ia berada dan bagaimana pun situasi serta kondisinya
(Idris, 2002:13).
Dengan
demikian, psikologi dakwah adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
yang merupakan gambaran dari kejiwaannya guna diarahkan kepada iman takwa
kepada Allah Swt. Bila disederhanakan bisa juga dengan pengertian, dakwah
dengan pendekatan kejiwaan.
Pengertian dari
Psikologi Dakwah yaitu Psikologi dan Ilmu Dakwah. Pengetahuan
tentang Ilmu Jiwa atau Psikologi diperlukan karena Psikologi
Dakwah memang merupakan bagian dari Psikologi, yakni Psikologi
terapan. Ilmu Dakwah juga sangat relevan karena Psikologi Dakwah ini
adalah ilmu bantu bagi kegiatan dakwah. Boleh jadi pengguna ilmu ini adalah
Da’I yang psikolog yang suka berdakwah.
Psikologi
adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (kejiwaan)
manusia. Senyatanya psikologi ini merupakan cabang pengetahuan yang masih muda
atau remaja.
Psikologi
sebagai psikologi filsafat menurut Plato pada tahun lebih kurang 400 SM,
berarti: ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat hakikat, dan hidup jiwa
manusia (psyche= jiwa; logos= ilmu pengetahuan).
Robert S.
Wood-Worth berpendapat bahwa psikologi adalah: ilmu pengetahuan yang
mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu
tersebut dapat dilepaskan dari lingkungannya. Pelaksanaan secara ilmiah dari
psikologi dilakukan dengan jalan: mengumpulkan dan mencatat secara teliti
tingkah laku manusia selengkap mungkin, dan berusaha menjauhkan diri dari
segala prasangka.
Sedangkan
dakwah menurut epistemologi yang berasal dari bahasa Arab, kata dakwah
berbentuk Isim Masdar yaitu bermakna panggilan, ajakan atau seruan.
Secara istilah
dakwah berarti mendorong atau memotivasi manusia untuk melakukan kebajikan dan
mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka untuk berbuat makruf dan mencegah
kepada yang munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Seperti yang
telah diungkapkan di atas bahwa psikologi dakwah merupakan perpaduan dari dua
disiplin ilmu yang berbeda, maka untuk memberi pengertian tentang obyek
psikologi dakwah ini, kita coba terlebih dahulu untuk mencoba meletakkan dasar
pertemuan dengan jalan meminjam data dari kedua lapisan ilmu tersebut kemudian
atas dasar itu maka kita dapat menemukan obyek pembahasan tersendiri.
Psikologi
dakwah merupakan kesatuan analisis terhadap tingkah laku manusia melalui
pendekatan psikologi dan dakwah geologis yang terdisipliner. Sebagai pembahasan
yang mempedomani psikologi, maka psikologi dakwah ini termasuk di dalam ruang
lingkup pembicaraan psikologi teoritis khusus, dan juga dalam psikologi praktis
aplikaitif. (Jamaluddin Kafie, 1993 : 6-7).
Sebagai
perbuatan atau aktifitas, dakwah adalah peristiwa komunikasi di mana da’I menyampaikan
pesan melalui lambang-lambang kepada Mad’u, dan mad’u menerima
pesan itu, mengolahnya dan kemudian meresponnya. Jadi, proses saling
mempengaruhi antara da’I dan mad’u adalah merupakan peristiwa
mental. Dengan mengacu pada pengertian psikologi, maka dapat dirumuskan bahwa
psikologi dakwah ialah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan
mengendalikan tingkah laku manusia yang terkait dalam proses dakwah. Psikologi
dakwah berusaha menyingkap apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia yang
terlibat dalam dakwah, dan selanjutnya menggunakan pengetahuan itu untuk
mengoptimalkan pencapaian tujuan dari dakwah itu.
B. Ruang Lingkup Psikologi Dakwah
Sebagaimana
telah disebutkan di atas bahwa kalimat da’watun dapat diartikan dengan
undangan, seruan atau ajakan, yang kesemuanya menunjukkan adanya komunikasi
antara dua pihak di mana pihak pertama (da’i) berusaha menyampaikan
informasi, mengajak dan mempengaruhi pihak kedua (mad’u). pengalaman
berdakwah menunjukkan bahwa ada orang yang cepat tanggap terhadap seruan dakwah
ada yang acuh tak acuh dan bahkan ada yang bukan hanya tidak mau menerima
tetapi juga melawan dan menyerang balik.
Proses
penyampaian dan penerimaan pesan dakwah itu dilihat dari sudut psikologi
tidaklah sesederhana penyampaian pidato oleh da’i dan didengar oleh hadirin,
tetapi mempunyai makna yang luas, meliputi penyampaian energi dalam sistem
syaraf, gelombang suara dan tanda-tanda. Ketika proses suatu dakwah
berlangsung, terjadilah penyampaian energy dari alat-alat indera ke otak, baik
pada peristiwa penerimaan pesan dan pengolahan informasi, maupun pada proses
saling mempengaruhi dari kedua belah pihak.
C. Pusat Perhatian Psikologi Dakwah
Dari uraian di
atas maka dapat disimpulkan bahwa pusat perhatian psikologi terhadap terhadap
proses dakwah sekurang-kurangnya meliputi empat hal:
1. Analisa terhadap seluruh komponen yang
terlibat dalam proses dakwah kepada da’I, psikologi dakwah melacak sifat-sifatnya dan
mempertanyakan; mengapa da’i A berhasil mempengaruhi orang-orang yang didakwahi
sedang da’i B kok tidak. Tentang mad’u (dn juga da’i) sebagai manusia,
sifat-sifatnya dan faktor-faktor apa (internal dan eksternal) yang mempengaruhi
perilaku komunikasinya.
2. Bagaimana pesan dakwah menjadi stimulus yang
menimbulkan respon mad’u
3. Bagaimana proses penerimaan pesan dakwah
oleh mad’u, faktor-faktor apa (personal dan situasional) yang mempengaruhinya.
4. Bagaimana dakwah dapat dilakukan secara
persuasive, yaitu proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku mad’u dengan
pendekatan psikologis atau dengan menggunakan cara berpikir dan cara merasa
mad’u.
D. Pendekatan Psikologi Dakwah
Sebagaimana
disebutkan di atas, bahwa sebagai kegiatan adalah peristiwa komunikasi.
Komunikasi menarik perhatian banyak disiplin ilmu, dengan pendekatan yang
berbeda-beda. Sosiologi misalnya, mempelajari komunikasi dalam konteks
interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dalam pandangan
sosiolog, komunikasi adalah proses megubah kelompok manusia menjadi kelompok
manusia yang berfungsi.
Menurut teori
komunikasi, proses dakwah dapat dilihat sebagai kegiatan psikologis yang
mencakup hal-hal sebagai berikut:
Pertama,
diterimanya stimuli (rangsang) oleh organ-organ penginderaan, berupa orang,
pesan, warna atau aroma.
Kedua, rangsang
yang diterima mad’u berupa-rupa, warna, suara, aroma dan pesan dakwah yang
disampaikan da’i da’i itu kemudian diolah di dalam benak mad’u (hadirin), dihubung-hubungkan
dengan pengalaman masa lalu masing-masing dan disimpulkan juga oleh
masing-masing. Meskipun pesan dakwah oleh da’i itu dimaksudkan A, tapi
kesimpulan mad’u boleh jadi B, C, atau D.
Ketiga, untuk
merespon terhadap ceramah atau seruan ajarkan da’i (misalnya tepuk tangan,
berteriak, mengantuk atau karena bosan kemudian meninggalkan ruangan), pikiran
hadirin bekerja, mengingat-ingat apa yang pernah terjadi di masa lalu. Dari
memori itu para hadirin kemudian meramalkan bahwa jika hadirin melakukan
tindakan X, maka da’i akan melakukan tindakan Y. jika X maka Y.
Keempat,
setelah itu barulah hadirin akan merespon terhadap ajakan da’i, dan respon
dari, dan respon dari hadirin itu merupakan umpan balik bagi da’i.
Sebenarnyalah
bahwa dalam proses dakwah, dalam arti interaksi sosial antara da’i dan mad’u
sekurang-kurangnya terkandung tiga makna:
1. Bahwa, baik da’i maupun mad’u sebenarnya
terlibat dalam proses belajar, baik dari segi berpikir maupun dari sudut
merasa. Mad’u belajar kepada da’i, tapi da’i juga belajar kepada umpan balik
yang disampaikan oleh mad’u.
2. Antara da’i dan mad’u terjadi proses
penyampaian dan penerimaan lambang-lambang dalam berkomunikasi (tepuk tangan
lambang suka, gaduh dan ngantuk lambang penolakan)
3. Adanya mekanisme penyesuaian diri antara
da’i dan mad’u. bentuk penyesuaian diri itu bisa permainan
peranan,identifikasi, atau agresi. Jika hadirin ramai-ramai meninggalkan tempat
acara atau berbicara sendiri atau mengantuk semua, padahal mubalighnya masih
pidato di atas mimbar, maka apa yang dilakukan hadirin menurut pandangan
psikologi sebenarnya merupakan penyesuaian diri dari ceramah yang tidak
komunikatif.
Proses dakwah
dikatakan berhasil dan efektif ketika tujuan dari dakwah itu sendiri telah
tercapai. Tercapainya tujuan dakwah ada beberapa tahap, antara lain:
a. Tahap kognitif, adalah ketika seorang mad’u
mampu menangkap, mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh seorang da’i.
b. Tahap afeksi, adalah tahap berikutnya
setelah tahap kognitif. Pada tahap ini, seorang mad’u diharapkan mampu
merasakan dan merenungkan secara lebih mendalam apa yang telah disampaikan oleh
da’i, tidak hanya sekedar memikirkan saja
c. Tahap psikomotor, adalah tahap di mana
seorang mad’u telah mampu mengaplikasikan atau menjalankan apa yang sebelumnya
telah disampaikan oleh seorang da’i, dan setelah mad’u melakukan perenungan
secara mendalam. Sehingga kesadaran benar-benar muncul dalam diri seorang mad’u
tentang apa sesungguhnya kewajibannya terhadap Tuhannya, apa seungguhnya tugas
dan kewajibannya di dunia ini agar pada saat menjalankan tugas dan amanahnya,
seorang mad’u benar-benar melakukan dengan berdasarkan kesadarannya sendiri.
KESIMPULAN
Dari penjelasan
tentang psikologi dakwah di atas dapat kita lihat bahwa erat sekali hubungan
antara psikologi dengan dakwah.
- Karena ketika seseorang berdakwah (da’i) maka
ia perlu bahkan harus mengetahui kondisi psikologis obyek yang didakwahi
(mad’u) agar apa yang disampaikan nantinya dapat tersampaikan dengan baik.
Karena dakwah itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang mempengaruhi orang lain
agar mau merubah tingkah lakunya dan mengikuti sesuai dengan yang disyari’aykan
oleh agama (islam).
- Dalam mempengaruhi orang lain agar orang lain
dapat mengikuti apa yang kita inginkan maka kita harus melakukan beberapa
pendekatan, dan bisa dibilang pendekatan psikologis adalah pendekatan yang
paling penting dan yang paling berpengaruh apakah nantinya orang lain (mad’u)
itu dapat menerima apa yang disampaikan oleh Da’i dan menjalankannya.
- Perlu kita ketahui juga bahwasannya tujuan
utama dari dakwah adalah bagaimana nantinya seorang mad’u dapat atau mau
menjalankan apa yang disampaikan oleh seorang da’i, bukan hanya sekedar
dipahami, direnungkan dan dirasakan saja.dan bagaimana agar seorang mad’u
benar-benar menjalankan apa yang disampaikan oleh da’i dengan penuh kesadaran
dari dirinya sendiri.
- Peran psikologi dakwah sangat membantu
kaitannya dalam aktifitas dakwah. Kegiatan dakwah dapat berlangsung dengan
lancar dan berhasil dengan baik diperlukan pengetahuan tentang psikologi
dakwah. Karena kegiatan dakwah pada dasarnya adalah kegiatan penyampaian
informasi dari seseorang kepada orang lain. Maka perlu mengkaji prinsip dasar
psikologi komunikasi juga berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dakwah sangat
ditentukan oleh sikap mental pengetahuan juru dakwah
DAFTAR PUSTAKA
Idris,
Muhammad, Jauhari 2002, Pengantar Ilmu Jiwa Umum
Dengan Konfirmasi Islami. Prenduan. AL-AMIENprinting.