Kamis, 04 April 2013



A. Pengertian Psikologi Dakwah
Secara harfiah, psikologi artinya ‘ilmu jiwa’ berasal dari kata yunani psyce ‘jiwa’ dan logos ‘ilmu’. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah ilmu tentang jiwa. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku atau gejala-gejala tingkah laku manusia sebagai gambaran dari keadaan jiwanya. Adapun dakwah merupakan usaha mengajak manusia agar beriman kepada Allah Swt dan tunduk kepada-Nya dalam kehidupan di dunia ini, dimanapun ia berada dan bagaimana pun situasi serta kondisinya (Idris, 2002:13).
Dengan demikian, psikologi dakwah adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gambaran dari kejiwaannya guna diarahkan kepada iman takwa kepada Allah Swt. Bila disederhanakan bisa juga dengan pengertian, dakwah dengan pendekatan kejiwaan.
Pengertian dari Psikologi Dakwah yaitu Psikologi dan Ilmu Dakwah. Pengetahuan tentang Ilmu Jiwa atau Psikologi diperlukan karena Psikologi Dakwah memang merupakan bagian dari Psikologi, yakni Psikologi terapan. Ilmu Dakwah juga sangat relevan karena Psikologi Dakwah ini adalah ilmu bantu bagi kegiatan dakwah. Boleh jadi pengguna ilmu ini adalah Da’I yang psikolog yang suka berdakwah.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (kejiwaan) manusia. Senyatanya psikologi ini merupakan cabang pengetahuan yang masih muda atau remaja.
Psikologi sebagai psikologi filsafat menurut Plato pada tahun lebih kurang 400 SM, berarti: ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche= jiwa; logos= ilmu pengetahuan).
Robert S. Wood-Worth berpendapat bahwa psikologi adalah: ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut dapat dilepaskan dari lingkungannya. Pelaksanaan secara ilmiah dari psikologi dilakukan dengan jalan: mengumpulkan dan mencatat secara teliti tingkah laku manusia selengkap mungkin, dan berusaha menjauhkan diri dari segala prasangka.
Sedangkan dakwah menurut epistemologi yang berasal dari bahasa Arab, kata dakwah berbentuk Isim Masdar yaitu bermakna panggilan, ajakan atau seruan.
Secara istilah dakwah berarti mendorong atau memotivasi manusia untuk melakukan kebajikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka untuk berbuat makruf dan mencegah kepada yang munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa psikologi dakwah merupakan perpaduan dari dua disiplin ilmu yang berbeda, maka untuk memberi pengertian tentang obyek psikologi dakwah ini, kita coba terlebih dahulu untuk mencoba meletakkan dasar pertemuan dengan jalan meminjam data dari kedua lapisan ilmu tersebut kemudian atas dasar itu maka kita dapat menemukan obyek pembahasan tersendiri.
Psikologi dakwah merupakan kesatuan analisis terhadap tingkah laku manusia melalui pendekatan psikologi dan dakwah geologis yang terdisipliner. Sebagai pembahasan yang mempedomani psikologi, maka psikologi dakwah ini termasuk di dalam ruang lingkup pembicaraan psikologi teoritis khusus, dan juga dalam psikologi praktis aplikaitif. (Jamaluddin Kafie, 1993 : 6-7).
Sebagai perbuatan atau aktifitas, dakwah adalah peristiwa komunikasi di mana da’I menyampaikan pesan melalui lambang-lambang kepada Mad’u, dan mad’u menerima pesan itu, mengolahnya dan kemudian meresponnya. Jadi, proses saling mempengaruhi antara da’I dan mad’u adalah merupakan peristiwa mental. Dengan mengacu pada pengertian psikologi, maka dapat dirumuskan bahwa psikologi dakwah ialah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku manusia yang terkait dalam proses dakwah. Psikologi dakwah berusaha menyingkap apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia yang terlibat dalam dakwah, dan selanjutnya menggunakan pengetahuan itu untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan dari dakwah itu.

B. Ruang Lingkup Psikologi Dakwah
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kalimat da’watun dapat diartikan dengan undangan, seruan atau ajakan, yang kesemuanya menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak di mana pihak pertama (da’i) berusaha menyampaikan informasi, mengajak dan mempengaruhi pihak kedua (mad’u). pengalaman berdakwah menunjukkan bahwa ada orang yang cepat tanggap terhadap seruan dakwah ada yang acuh tak acuh dan bahkan ada yang bukan hanya tidak mau menerima tetapi juga melawan dan menyerang balik.
Proses penyampaian dan penerimaan pesan dakwah itu dilihat dari sudut psikologi tidaklah sesederhana penyampaian pidato oleh da’i dan didengar oleh hadirin, tetapi mempunyai makna yang luas, meliputi penyampaian energi dalam sistem syaraf, gelombang suara dan tanda-tanda. Ketika proses suatu dakwah berlangsung, terjadilah penyampaian energy dari alat-alat indera ke otak, baik pada peristiwa penerimaan pesan dan pengolahan informasi, maupun pada proses saling mempengaruhi dari kedua belah pihak.

C. Pusat Perhatian Psikologi Dakwah
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pusat perhatian psikologi terhadap terhadap proses dakwah sekurang-kurangnya meliputi empat hal:
1. Analisa terhadap seluruh komponen yang terlibat dalam proses dakwah kepada da’I, psikologi dakwah melacak sifat-sifatnya dan mempertanyakan; mengapa da’i A berhasil mempengaruhi orang-orang yang didakwahi sedang da’i B kok tidak. Tentang mad’u (dn juga da’i) sebagai manusia, sifat-sifatnya dan faktor-faktor apa (internal dan eksternal) yang mempengaruhi perilaku komunikasinya.
2.  Bagaimana pesan dakwah menjadi stimulus yang menimbulkan respon mad’u
3. Bagaimana proses penerimaan pesan dakwah oleh mad’u, faktor-faktor apa (personal dan situasional) yang mempengaruhinya.
4. Bagaimana dakwah dapat dilakukan secara persuasive, yaitu proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku mad’u dengan pendekatan psikologis atau dengan menggunakan cara berpikir dan cara merasa mad’u.


D. Pendekatan Psikologi Dakwah
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa sebagai kegiatan adalah peristiwa komunikasi. Komunikasi menarik perhatian banyak disiplin ilmu, dengan pendekatan yang berbeda-beda. Sosiologi misalnya, mempelajari komunikasi dalam konteks interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dalam pandangan sosiolog, komunikasi adalah proses megubah kelompok manusia menjadi kelompok manusia yang berfungsi.
Menurut teori komunikasi, proses dakwah dapat dilihat sebagai kegiatan psikologis yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
Pertama, diterimanya stimuli (rangsang) oleh organ-organ penginderaan, berupa orang, pesan, warna atau aroma.
Kedua, rangsang yang diterima mad’u berupa-rupa, warna, suara, aroma dan pesan dakwah yang disampaikan da’i da’i itu kemudian diolah di dalam benak mad’u (hadirin), dihubung-hubungkan dengan pengalaman masa lalu masing-masing dan disimpulkan juga oleh masing-masing. Meskipun pesan dakwah oleh da’i itu dimaksudkan A, tapi kesimpulan mad’u boleh jadi B, C, atau D.
Ketiga, untuk merespon terhadap ceramah atau seruan ajarkan da’i (misalnya tepuk tangan, berteriak, mengantuk atau karena bosan kemudian meninggalkan ruangan), pikiran hadirin bekerja, mengingat-ingat apa yang pernah terjadi di masa lalu. Dari memori itu para hadirin kemudian meramalkan bahwa jika hadirin melakukan tindakan X, maka da’i akan melakukan tindakan Y. jika X maka Y.
Keempat, setelah itu barulah hadirin akan merespon terhadap ajakan da’i, dan respon dari, dan respon dari hadirin itu merupakan umpan balik bagi da’i.
Sebenarnyalah bahwa dalam proses dakwah, dalam arti interaksi sosial antara da’i dan mad’u sekurang-kurangnya terkandung tiga makna:
1. Bahwa, baik da’i maupun mad’u sebenarnya terlibat dalam proses belajar, baik dari segi berpikir maupun dari sudut merasa. Mad’u belajar kepada da’i, tapi da’i juga belajar kepada umpan balik yang disampaikan oleh mad’u.
2. Antara da’i dan mad’u terjadi proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang dalam berkomunikasi (tepuk tangan lambang suka, gaduh dan ngantuk lambang penolakan)
3. Adanya mekanisme penyesuaian diri antara da’i dan mad’u. bentuk penyesuaian diri itu bisa permainan peranan,identifikasi, atau agresi. Jika hadirin ramai-ramai meninggalkan tempat acara atau berbicara sendiri atau mengantuk semua, padahal mubalighnya masih pidato di atas mimbar, maka apa yang dilakukan hadirin menurut pandangan psikologi sebenarnya merupakan penyesuaian diri dari ceramah yang tidak komunikatif.
Proses dakwah dikatakan berhasil dan efektif ketika tujuan dari dakwah itu sendiri telah tercapai. Tercapainya tujuan dakwah ada beberapa tahap, antara lain:
a. Tahap kognitif, adalah ketika seorang mad’u mampu menangkap, mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh seorang da’i.
b. Tahap afeksi, adalah tahap berikutnya setelah tahap kognitif. Pada tahap ini, seorang mad’u diharapkan mampu merasakan dan merenungkan secara lebih mendalam apa yang telah disampaikan oleh da’i, tidak hanya sekedar memikirkan saja
c. Tahap psikomotor, adalah tahap di mana seorang mad’u telah mampu mengaplikasikan atau menjalankan apa yang sebelumnya telah disampaikan oleh seorang da’i, dan setelah mad’u melakukan perenungan secara mendalam. Sehingga kesadaran benar-benar muncul dalam diri seorang mad’u tentang apa sesungguhnya kewajibannya terhadap Tuhannya, apa seungguhnya tugas dan kewajibannya di dunia ini agar pada saat menjalankan tugas dan amanahnya, seorang mad’u benar-benar melakukan dengan berdasarkan kesadarannya sendiri.

KESIMPULAN
Dari penjelasan tentang psikologi dakwah di atas dapat kita lihat bahwa erat sekali hubungan antara psikologi dengan dakwah.
- Karena ketika seseorang berdakwah (da’i) maka ia perlu bahkan harus mengetahui kondisi psikologis obyek yang didakwahi (mad’u) agar apa yang disampaikan nantinya dapat tersampaikan dengan baik. Karena dakwah itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang mempengaruhi orang lain agar mau merubah tingkah lakunya dan mengikuti sesuai dengan yang disyari’aykan oleh agama (islam).
- Dalam mempengaruhi orang lain agar orang lain dapat mengikuti apa yang kita inginkan maka kita harus melakukan beberapa pendekatan, dan bisa dibilang pendekatan psikologis adalah pendekatan yang paling penting dan yang paling berpengaruh apakah nantinya orang lain (mad’u) itu dapat menerima apa yang disampaikan oleh Da’i dan menjalankannya.
- Perlu kita ketahui juga bahwasannya tujuan utama dari dakwah adalah bagaimana nantinya seorang mad’u dapat atau mau menjalankan apa yang disampaikan oleh seorang da’i, bukan hanya sekedar dipahami, direnungkan dan dirasakan saja.dan bagaimana agar seorang mad’u benar-benar menjalankan apa yang disampaikan oleh da’i dengan penuh kesadaran dari dirinya sendiri.
- Peran psikologi dakwah sangat membantu kaitannya dalam aktifitas dakwah. Kegiatan dakwah dapat berlangsung dengan lancar dan berhasil dengan baik diperlukan pengetahuan tentang psikologi dakwah. Karena kegiatan dakwah pada dasarnya adalah kegiatan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain. Maka perlu mengkaji prinsip dasar psikologi komunikasi juga berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh sikap mental pengetahuan juru dakwah


DAFTAR PUSTAKA

Idris, Muhammad, Jauhari 2002, Pengantar Ilmu Jiwa Umum Dengan Konfirmasi Islami. Prenduan. AL-AMIENprinting.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar